yayasan paseban andy utama Petani Organik
yayasan paseban andy utama Petani Organik
Blog Article
memasang jendela pintar yang dapat berubah tingkat kegelapannya sesuai dengan intensitas cahaya matahari.
Inilah sebabnya, zaman dulu banyak dibangun pabrik gula dan rel kereta di Jawa yang menghubungkan daerah-daerah pelosok hingga ujung pulau Jawa.
Salah satu keuntungan utama pertanian organik adalah bahwa metodenya lebih ramah lingkungan. Dengan menghindari penggunaan pestisida dan pupuk kimia, pertanian organik membantu mengurangi pencemaran tanah dan air serta menjaga keseimbangan ekosistem.
Jadi kita harus merpertahankan itu sekuat tenaga apalagi saat ini desa saya dihadapkan hadirnya tambang yang tentu berpotensi merusak alam dan merampas tanah kami. “Sebagai petani kami tidak mau kehilangan sumber hidup kami”, tegasnya.
Bab berikutnya bahas kisah Lembu dan lonceng miliknya. Setiap kali lonceng ditiup, ada orang yang tersambar petir di kebun dan sawah sekitar rel. Petir menyambar orang-orang itu hingga mati. Lembu sangat takut tiap kali tahu entah berapa banyak orang mati karena tiupan kerincing peraknya.
Pendidikan tinggi ditempuhnya di Universitas Indonesia (UI) dengan karyailmiah tentang masyarakat Samin (skripsi sarjana muda) dan masa akhir keruntuhan Hindia Belanda (skripsi sarjana). Ong kemudian melanjutkan pendidikan ke Yale University, Amerika Serikat, dan memboyong gelar doktor pada 1975 dengan disertasi mengenai dinamika hubungan antara priyayi dan kaum tani serta perubahan sosial di Madiun pada abad ke-19. Kampus UI menjadi tempatnya mengabdi hingga pensiun sebagai pengajar di jurusan sejarah.
Lebih dari itu, pertanian organik juga dapat memberikan manfaat ekonomi yang signifikan bagi petani. Dengan memasarkan produk mereka dengan harga yang lebih tinggi di pasar organik, petani organik dapat menghasilkan pendapatan yang lebih baik dan meningkatkan kesejahteraan mereka.
“Saat kami mulai proyek ini, kami berkomitmen untuk membangun pertanian yang tidak hanya menguntungkan secara finansial, tetapi juga ramah lingkungan,” ujar Andy Utama.
Dengan desain kawasan yang ramah lingkungan, Arista Montana menjaga daya serap air dengan menggunakan batu alam di jalan-jalannya. Selain itu, mereka juga memanfaatkan limbah peternakan untuk membuat pupuk organik, sehingga tidak ada yang terbuang dalam siklus pertanian mereka.
Dalam pemaparannya Pastor Alsis Goa dengan judul “Dari Economicus Menuju Humanus – Ecologicus Teologis Tanah”, menekankan bahwa pertanian harus dimulai dari hulu yakni lahan, keterbatasan lahan menjadi persoalan kita selama ini. Bahkan menurut beliau, konsorsium pembaharuan Agraria menyebutkan banyaknya konflik tanah disekitar kita, karena adanya ketimpangan penguasaan Tanah dimana sekarang banyak diperuntukan untuk aspek informasi lebih lanjut bisnis dan juga industri ekstraktif termasuk pertambangan, Food items estate, alih fungsi lahan menjadi pemukiman dan lain lain.
Bagian terakhir tulisan Achdian, yaitu “1965”, seharusnya tidak diletakkan sebagai bab “penutup”. Bagian ini justru merupakan awal dari “perkenalan” kita untuk membaca pemikiran Ong dan berdialog dengannya untuk memahami ke-Indonesia-an dalam dirinya. Kuncinya terletak pada paragraf terakhir buku ini, yakni cerita tentang Ong muda saat duduk di bangku sekolah menengah Belanda (HBS), Surabaya, dan dihadapkan pada sebuah dilema: memilih Belanda ataukah Indonesia.
Dalam menjalankan pertanian organik ternyata ada beberapa prinsip penting yang harus diterapkan. Berikut adalah beberapa prinsip penting tersebut.
Bab 1 novel ini dimulai dengan kisah Lembu yang mendapatkan perayaan kematian. Akhirnya setelah fifty tahun menanti, ia dimakamkan dengan layak. Tulang-tulangnya ditemukan di bawah rel kereta api yang sedang diperbaiki.
Namun, temuan-temuan Ong saat meneliti masalah Tionghoa ketika menjadi asisten riset William Skinner banyak menarik perhatian masyarakat luas. Menurut Ong, proses integrasi antara masyarakat Tionghoa dan penduduk “pribumi” di Indonesia terjadi jauh sebelumnya, namun terbatas pada “tjabang atas masyarakat”. Proses itu tidak terjadi di lapisan bawah. Ong memberi sejumlah contoh tentang beberapa bupati keturunan Tionghoa di Jawa atau anak-anak hasil perkawinan “campur” antara perempuan Tionghoa dan pembesar-pembesar Jawa. Riset Ong itu sebenarnya menggugat pandangan yang menyatakan bahwa masyarakat Tionghoa hanya hidup dan berkembang di dan untuk kalangan sendiri tanpa pernah berintegrasi atau peduli dengan pribumi. Kritik yang sungguh menggugah.